Quantcast
Channel: Fakultas Peternakan | Universitas Brawijaya
Viewing all articles
Browse latest Browse all 2372

Hay dan Silase Solusi Atasi Krisis Pakan Ternak

$
0
0

prof.Hendrawan

Prof.Dr.Ir.Hendrawan S,M.Rur.Sc dosen Fakultas Peternakan pakar Nutrisi Ruminansia

Musim kemarau yang melanda wilayah Indonesia sejak bulan Mei lalu membawa banyak dampak, salah satunya krisis persediaan pakan ternak. Rumput dan dedaunan tidak tumbuh subur akibat kekeringan, banyak peternak yang mengeluhkannya.

Solusi untuk mengatasi krisis tersebut menurut  Prof.Dr.Ir.Hendrawan S,M.Rur.Sc dosen Fakultas Peternakan pakar Nutrisi Ruminansia yaitu menggunakan hay dan silase. Dalam dunia peternakan hay adalah rumput yang disengaja dikeringkan. Metode pengeringan rumput ini yang sering digunakan oleh peternak kecil/peternakan rakyat. Sedangkan silase adalah hijauan segar yang difermentasi, dibuat dari tanaman yang dicacah disimpan dalam satu lubang menggunakan tower/drum kemudian dipadatkan untuk menghilangkan oksigen dan ditambahi tetes tebu.

Silase awet disimpan hingga tahunan, asalkan tidak ada udara yang masuk. Perusahaan- perusahan besar seperti Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari misalnya, sudah menggunakan silase.

Peternakan rakyat enggan memproduksi silase karena keterbatasan lahan dan tenaga kerja yang minim. Meskipun kandungan gizi menurun pada kedua jenis pakan ini, namun metode tersebut lebih efektif digunakan untuk menganggulangi krisis pakan ternak.

“Pengenalan teknologi pengawetan sangat diperlukan bagi peternak rakyat tujuannya mempersiapkan bahan makanan cadangan, tidak hanya dikala kemarau tetapi jika terjadi bencana alam.” Papar dosen yang sudah 35 tahun mengabdikan diri di Fapet

Hendrawan menuturkan persoalan utama bidang peternakan yang berpenduduk padat adalah keterbatasan lahan. Krisis pakan ternak tidak hanya disebabkan oleh kemarau saja namun beralih fungsinya lahan juga berpengaruh terhadap produksi hijauan. Beliau berharap Pemerintah menjamin penerapan Undang-Undang Agraria tentang penyediaan lahan bagi peternak untuk pengembangan ternak. Selain itu integrasi antara Perhutani dan Peternak juga diperlukan, disamping pengelolaan kawasan untuk konservasi juga bisa ditanami tanaman leguminosa (kacang-kacangan).

Akademisi Peternakan di beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia sudah mensosialisasikan teknik pengawetan hijauan ini melalui Sentra Peternakan Rakyat (SPR). Hanya saja keterbatasan lahan untuk menanam hijauan masih menjadi kendala.

“Sebenarnya untuk keterbatasan lahan ini bisa diakali dengan mengugunakan metode jimpitan. Saat pakan melimpah para kelompok ternak harus menyisihkan sedikit pakan ternak, lalu secara kolektif dilakukan pengawetan.” Pungkas pria kelahiran Surabaya 62 tahun silam (dta)


Viewing all articles
Browse latest Browse all 2372

Trending Articles