Kawin suntik atau dalam istilah medis disebut inseminasi buatan (IB) ialah upaya meningkatkan jumlah sperma (semen) yang dapat mencapai saluran indung telur, sehingga terjadi pembuahan dan kehamilan. Metode ini juga diterapkan pada hewan ternak yang bertujuan menghasilkan keturunan dengan mutu genetik yang lebih unggul.
IB yang dilakukan pada ternak menggunakan dua metode, yakni IB dengan semen sexing dan IB dengan semen non sexing. Teknik sexing ialah memisahkan spermatozoa X dan Y, maka dapat menghasilkan anak sesuai jenis kelamin yang diinginkan. Sedangkan non sexing, sebelum proses IB spermatozoa diberi pengencer lalu disimpan beku, anak yang didapat berpeluang 50:50 antara jantan dan betina.
Menurut dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB), Aulia Puspita Anugra Yekti, S.Pt, M.P, M.Sc, keunggulan penggunaan semen sexing untuk IB sapi pedaging dapat meningkatkan peluang lahirnya anak berjenis kelamin jantan. Sehingga mampu meningkatkan pendapatan peternak karena harga jual sapi jantan lebih mahal dibandingkan sapi betina.
Dia bersama dosen Fapet UB yang tergabung dalam laboratorium reproduksi ternak dan Riset Grup –Red Meat Producers (RG-RMP) melakukan kegiatan penyuluhan kepada kelompok ternak Widji Kamulyan di Desa Senggreng Kabupaten Malang, Jumat (8/10/2021). Tim yang terdiri dari Prof. Trinil Susilawati, Prof. Nurul Isnaini, Prof. Sri Wahjuningsih, Prof. M. N. Ihsan, dan Dr. Nanang Febrianto menyampaikan tentang teknologi IB semen sexing dan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan IB.
“Implementasi IB semen sexing sudah pernah dilakukan di wilayah Kabupaten Tuban dan menghasilkan persentase kebuntingan yang tinggi. Sehingga kami berharap teknologi ini dapat diadopsi untuk peternak di Desa Senggreng Kabupaten Malang.” ujar Aulia yang menjadi ketua dalam program pengabdian ini
Sementara itu Prof. Nurul Isnaini menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan IB, antara lain kualitas semen beku, fisiologis sapi betina, pengetahuan peternak dalam mendeteksi tanda-tanda birahi pada ternak serta kemampuan inseminator (petugas IB).
Sedangkan keberhasilan IB seperti yang disampaikan oleh Prof. Sri Wahjuningsih tergantung pada kemampuan peternak mengelola reproduksi secara maksimal. Caranya dengan memberikan pakan sesuai kebutuhan induk, mengelola lingkungan kandang dan sanitasi, serta mencegah terjadinya penyakit.
Dalam kesempatan tersebut Prof. Trinil Susilawati mensosialisasikan Gerakan Kembali ke sapi putih atau sapi Peranakan Ongole (PO). Tujuannya untuk meningkatkan keberhasilan IB, sebab sapi lokal memiliki kelebihan dalam ketahanan terhadap parasite, kondisi lingkungan dan mempunyai performa reproduksi yang baik.
“Semoga melalui kegiatan ini dapat memberikan pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan IB yang sangat penting untuk diterapkan. Sehingga nantinya peternak dapat mengurangi kesalahan dalam proses IB. Serta bersama-sama mengembalikan sapi lokal sebagai sapi yang diunggulkan sebagai indukan.” pungkas Aulia (APAY/dta)
The post Dosen Fapet UB Terapkan IB dengan Semen Sexing untuk Dapatkan Jenis Kelamin Anak Sapi Sesuai Harapan appeared first on Fakultas Peternakan | Universitas Brawijaya.