Ayam kampung adalah salah satu komoditi ternak yang berpotensi dikembangkan guna memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Daging dan telurnya bergizi tinggi bagi konsumen, serta kualitas daging yang berbeda dengan ayam pedaging.
Sehingga permintaan pasar di Indonesia selalu naik dari tahun ke tahun, meski harga jualnya lebih mahal. Sebab harga karkas ayam kampung relatif stabil dibandingkan ayam potong pedaging atau broiler yang kerap kali anjlok.
Namun beternak ayam kampung mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya yaitu lebih toleran dengan pakan sederhana, mudah beradaptasi dengan lingkungan, dan memiliki daya tahan yang lebih kuat terhadap serangan penyakit.
Sedangkan kekurangannya adalah tingkat pertumbuhan relatif lamban. Kondisi itu menjadi tantangan bagi pelaku usaha budidaya ayam kampung untuk mencari solusi mengatasi permasalahan tersebut.
Mengamati kondisi itu Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB) menyelenggarakan seminar online bertema “Dinamika Bisnis Budidaya Ayam Kampung”. Kegiatan yang dilaksanakan, Rabu (29/07/2020) menghadirkan narasumber yang terdiri dari Joko Susilo, S.Pt (Sekjen PB ISPI/ Peternak Ayam Kampung), Prof. Dr. Ir. James Hellyward, MS.,IPU.,ASEAN Eng (Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Andalas), Dr. Ir. Tike Sartika, M.Si (Balai Penelitian Ternak Badan Litbang Pertanian Kementrian RI), dan Dr. Ir. Eko Widodo, M.Agr. SC (Dosen Fapet UB).
Dalam sambutannya sekaligus membuka jalannya acara, Prof.Dr.Sc.Agr.Ir. Suyadi, MS.,IPU.,ASEAN Eng selaku Dekan menyampaikan harapannya melalui kegiatan ini, masyarakat tertarik membudidayakan ayam kampung dengan berbekal pengetahuan yang cukup dari aspek ilmu, teknologi, dan analisis ekonomis. Disamping itu pula menggiatkan penelitian sivitas akademika untuk meningkatkan performance ayam kampung.
Dr. Eko Widodo memberikan penjelasan persepsi bahwa ayam kampung lebih sehat apabila ayam tersebut dipelihara tanpa vaksin dan tanpa antibiotik, mulai DOC (Day Old Chick) hingga siap potong, pakan yang diberikan terbuat dari bahan organik, seperti sayuran organik, dan dedaknya dari beras organik.
Sementara itu Prof. James Hellyward mengupas pengembangan ayam kampung dengan mempertimbangkan keuntungan dan laba. Menurutnya memelihara ayam kampung tidak banyak menyita waktu, biaya, tenaga, dan peran serta manusia, dari segi pakan pun hanya membutuhkan sisa hasil pertanian seperti dedak, jagung, ampas kelapa, sisa rumah makan, dan ubi-ubian.
“Secara teknis pemeliharaan ayam kampung sangat mudah, tidak membutuhkan modal besar dan lahan yang luas. Serta dapat dijadikan solusi untuk mengatasi kemiskinan, kelaparan, dan pemberdayaan ibu rumah tangga. Jadi ayam kampung lebih memberi manfaat/faedah/ benefit ketimbang laba/profit saja.” kata James (dta)